Monday, July 30, 2012

KEWIRASWASTAAN




A.  PENGERTIAN WIRASWASTA

Kata Wiraswasta berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata WIRA dan SWASTA. WIRA artinya Pahlawan, sedangkan SWASTA artinya partikelir. Jadi WIRASWASTA berarti pahlawan dalam bidang partikeliran (non-pemerintah) atau pahlawan dalam bidang usaha. Ia memiliki jiwa pioneer, keberanian, keutamaan, keuletan dan ketabahan.

Kewiraswastaan (Entrepreneursip) merujuk kepada mental dan  kepribadian tertentu yaitu keberanian mengambil resiko, keutamaan, kreatifitas, inovatif,  ketabahan kesungguhan, keuletan dan keteladanan dalam menangani usaha atau perusahaan dengan berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri.

Menurut F.Harbison 1), kewiraswastaan melaksanakan 3 fungsi pokok, yaitu
  • Penanggung resiko
  • Inovasi dan
  • Manajemen

Menurut Salim Siagian 2) “Kewiraswastaan adalah kesatuan terpadu dari semangat, nilai-nilai dan prinsip serta sikap, kiat, seni, dan tindakan nyata yang sangat perlu, tepat, dan unggul dalam menangani dan mengembangkan perusahaan atau kegiatan lain yang mengarah pada pelayanan terbaik kepada pelanggan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan termasuk masyarakat, bangsa dan negara”

McClelland merinci karakteristik wiraswasta dengan konsep yang ia sebut need for achievement (N-Ach) yang diartikan sebagai virus kepribadian yang menyebabkan seseorang ingin selalu berbuat lebih baik dan terus maju, selalu berpikir untuk berbuat lebih baik dan memiliki tujuan yang realistik dengan mengambil risiko yang benar-benar telah diperhitungkan.

Uang bagi wiraswasta bukanlah tujuan. Dia tertarik kepada imbalan uang atau keuntungan terutama karena merupakan umpan-balik yang dapat mengukur pencapaian hasil dari pekerjaannya. Uang bagi wiraswastawan sejati bukanlah perangsang berusaha, tetapi lebih merupakan ukuran keberhasilan.

Secara rinci Mclelland merumuskan karakteristik mereka yang memiliki N-Ach tinggi, sebagai berikut :

  • Lebih menyukai pekerjaan dengan resiko yang realistis
  • Bekerja lebih giat  pada tugas-tugas yang memerlukan kemampuan mental
  • Tidak menjadi bekerja lebih giat dengan adanya imbalan uang
  • Ingin bekerja pada situasi yang dapat diperoleh pencapaian pribadi (personal Achievement)
  • Cenderung berpikir ke masa depan dan memiliki pemikiran jangka panjang.

Ukuran N-Ach dapat menunjukkan bagaimana jiwa wiraswastaan seseorang. Makin tinggi nilai N-Ach seseorang, makin besar pula bakat potensialnya untuk menjadi wiraswastaan sukses.

Julian B.Rotter mengemukakan konsep lain tentang pengukuran N-Ach ini dengan istilah locus of control internal. Mereka yang sukses dalam bisnis adalah mereka yang merasa bahwa keberhasilan lebih ditentukan oleh usaha-usaha pribadi, adanya perjuangan atau motivasi dari dalam untuk mencapai kemandirian. Locus of internal berkeyakinan bahwa mereka memiliki control atas lingkungannya. Sebaliknya locus of conrol eksternal adalah mereka yang kurang memiliki control atas lingkungannya. Lebih mengandalkan faktor nasib atau keberuntungan.
Memang masih belum ada kesepakatan dari para ahli tentang jiwa kewiraswastaan ini.
John A.Hornaday dan John About menekankan kewiraswastaan pada nilai kemandirian (independence)
Michael Palmer lebih menekankan pada factor kemampuan untuk mengambil keputusan dalam ketidakpastian, dan persepsi seseorang dalam menangani risiko.

B.F. Hoselits, menekankan pada kepemimpinan dan dalam pengenalan inovasi
Fidel Muhammad menyebutkan bahwa wiraswastawan adalah penentu risiko, yang aktif berinovasi dan berusaha memperkecil risiko, sehingga dia benar-benar paham dan sadar akan risiko yang dihadapi (risiko yang terukur dan dibatasi).

Wiraswastawan adalah seseorang yang memiliki kemampuan kreatif, mampu menghasilkan ide-ide dan menerapkannya sehinga menjadi sesuatu yang bermanfaat dan menguntungkan.

Profil (Ciri dan watak) wiraswasta dapat disimpulkan sebagai berikut :

CIRI
WATAK
Percaya diri
Keyakinan,kemandirian, individualitas, optimisme
Berorientasi tugas
Kebutuhan akan prestasi, berorientasi hasil, keras, mempunyai dorongan kuat, dan enerjit
Pengambil risiko
Kemampuan mengambil risiko, suka pada tantangan
Kepemimpinan
Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain
Orisinalitas/gemar membaca
Fleksible, punya banyak sumber, serba bisa, mengetahui banyak hal
Berorientasi ke masa depan
Pandangan ke depan, perseptif

Watak wiraswasta bila didentifikasi dan dirinci maka kita akan menemukan 25 atribut sebagai berikut :

-          Berwatak maju
-          Bergairah dan mampu menggunakan daya penggerak dirinya
-          Berpandangan positif dan kreatif
-          Lebih mengutamakan memberi daripada meminta, apalagi mengemis
-          Ulet dan tekun, tidak cepat putus asa
-          Pandai bergaul
-          Memelihara kepercayaan
-          Berkepribadian yang menyenangkan
-          Selalu ingin meyakinkan diri sebelum bertindak
-          Menolak cara berpikir, bersikap dan berbuat negative
-          Sangat menghargai waktu
-          Memelihara seni berbicara dan kesopanan
-          Tidak ragu atau khawatir akan saingan yang tumbuh
-          Bersedia melakukan pekerjaan kasar
-          Tidak mementingkan diri, rakus alias serakah
-          Setia kawan
-          Menghoramati tertib hukum
-          Tidak berlebihan dalam hal apapun
-          Tidak gila pangkat dan  gelar
-          Tidak gila kekuasaan
-          Selalu tepo seliro
-          Selalu mengejar martabat dan kehormatan diri
-          Menahan diri untuk membeli, tapi tidak kikir pada dirinya
-          Beriman dan berbuat kebaikan sebagai syarat kejujuran pada diri sendiri


B.  PEDAGANG DAN WIRASWASTAWAN

          Wiraswasta berbeda dengan berdagang. Sering kita mendengar dalam masyarakat kalimat “Saya mau berwiraswasta, tetapi tidak punya modal”. Dengan mengucapkan kalimat itu jelas bahwa ia tidak mengerti tentang kewiraswastaan, ia menyamakan kewiraswastaan dengan berdagang. Berdagang memang diperlukan modal (uang) dalam proses dagang tapi kewiraswastaan tidak harus memiliki modal uang. Meskipun berwiraswasta memang didalamnya ada unsur dagang dan unsur-unsur mencari keuntungan atau laba. Dengan kata lain dagang atau berdagang atau bisnis adalah bagian dari wiraswasta.

            Berdagang adalah pekerjaan seorang pedagang, ia memerlukan modal  uang untuk memulai usaha dagangannya. Seorang wiraswastawan, tidakmenanyakan modal untuk memulai usaha. Ia justru pencipta modal untuk direktur-direkturnya atau para manajernya. Seorang wiraswastawan adalah pemilik (owner) dari suatu usaha dan mengangkat orang lain menjadi direktur atau manajer. Bila kita ringkas perbedaan keduanya dapat simpulkan sebagai berikut :


Pedagang
Wiraswasta
Memulai usaha dengan modal /materi
Memulai usaha dengan ide
Tergantung pada produk dan pasar
Tidak tergantung pada produk dan pasar
Hanya jual- beli
Jual beli ok, memproduksi bisa
Tak dapat menentukan harga
Dapat menentukan harga
Mengutamakan keuntungan
Keuntungan hanyalah efek samping dari usahanya
Tak dapat menciptakan pasar
Dapat menciptakan pasar
Tidak harus berjiwa pemimpin
Berjiwa pemimpin
Perhitungannya untung rugi
Perhitungannya  sukses atau gagal
Perlu menguasai ilmu dagang
Harus menguasai berbagai bidang ilmu

Jadi jelaslah bahwa pedagang berangkat dari modal uang sedangkang wiraswasta modal baginya dikaitkan dengan ide atau gagasan, waktu, kesempatan, keterampilan, pendidikan dan pengalaman.



C. POSISI WIRASWASTA DIBANDING PROFESI LAINNYA

Pada umumnya orang menyamakan antara pekerja lepas dan wiraswasta. Orang pekerja lepas bila mengisi suatu form umumnya diisi dengan menulis wiraswasta pada kolom pekerjaan. Ini tidak salah karena sama-sama swasta, tapi antara keduanya ada ciri-ciri yang membedakan keduanya.

Untuk menggambarkan lebih lanjut posisi wiraswasta, kita coba uraikan melalui pendekatan quadrant “memimjam istilah” yang diterangkan oleh Robert T, Kiyosaki dalam bukunya “The CASHFLOW Quadrant sebagai berikut :


 

EB
                                                                                              E= Employee
                                                                                                           S= Self-Employed
                                                                                                           B=Business Owner
SI
                                                                                              I = Investor





Sisi kiri terdiri dari E dan S.

E (Employee) jelas bukan wiraswasta karena dia adalah pegawai (Misalnya pegawai negeri atau pegawai swasta) yang hanya mengandalkan slipn gaji untuk menutupi semua tagihan.

S adalah pekerja lepas (selft-employee), orang yang melakukan suatu usaha yang mandiri tampa majikan, dan dalam bekerja tidak tidak memperhitungkan untung rugi misalnya dokter, akuntan, tukan cukur, notaries dan petani. Pendapatan mereka hanya sekedar untuk dirinya dan keluarganya. Bila tidak bekerja misalnya pergi berlibur, maka ia tidak mendapatkan pendapatan. Tidak menanggung resiko kerugian.


Sisi kanan kwadran terdapat B dan I

B (Business owner) adalah orang yang memiliki pendapatan dari hasil usaha mandiri, memperhitungkan untung rugi dalam bekerja. Tukan cukur, dokter, akuntan, notaris bisa saja  bergeser menempati  Quadran kanan B bila ia secara bersama-sama melakukan suatu usaha dalam suatu tempat tertentu, dan dalam proses bekerjanya diatur oleh system.  Jadi walaupun  pergi berlibur ia tetap berpenghasilan karena perusahaan mencari uang untuk dirinya. Inilah wiraswasta.
I (Investor) adalah orang yang memiliki pendapatan dari uang yang ditanamkan pada suatu usaha. Uang mencari uang. Investor umumnya tidak terlibat langsung pada proses perusahaan.

Seseorang yang menempati  pada posisi kiri (posisi E dan S) umumnya berkeinginan bergeser posisi ke kanan (B dan I) hanya ketakutan kehilangan kepastian saja  sebagai penghambat utama. Sebaliknya orang yang sudah diposisi kanan umumnya tidak akan mau bergeser keposisi kiri, terkecuali ada peristiwa yang luar biasa.


C.  SIKAP MENTAL WIRASWASTA

Seorang wairaswastawan adalah seorang pioneer, seorang pemimpin dan pemimpi, seorang komando, perencana, sekaligus pencipta modal dan pasar. Orang sering mensinonimkan wiraswasta dengan entrepreneur. Benar menurut pengertian barat. Tapi wiraswasta dalam pengertian sesungguhnya adalah menyangkut mental dan moral. Mental seorang wiraswastawan berbeda dengan mental seorang entrepreneur. Seorang entreprenerur cenderung kepada penciptaan keuntungan semata tampa pertimbangan mental dan moral. Pola pikirannya adalah meraup keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya, bahkan kalau perlu tak perlu berkorban. Kewiraswastaan atau entrepreneurship ala Eropa dan Amerika meskipun juga berangkat dari ide dan gagasan-gagasan tapi tetap  ditunjang oleh modal berupa uang dan sarana-sarana bisnis lainnya. Bagi pengertian sesungguhnya kewiraswastaan berangkat dari modal uang NOL tapi full ide. Bertindak dengan penuh perjuangan, kejujuran dan penuh tanggungjawab. Sangat berbeda cara berpikir ala Eropah dan Amerikan yang hampir menghalalkan segala cara asal mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya dan usahanya maju.

            Wiraswasatawan sesungguhnya adalah pejuang, penentu dan pemimimpin dalam pelaksanaan ide-idenya. Pantang baginya menyerah, pantang baginya menjadi anak buah. Sehingga mottonya adalah “Lebih baik kepala Kucing dari pada ekor harimau”. Lebih baik buka bengkel kecil tempat ia jadi kepalanya daripada jadi tukan ketik, tukan antar surat atau tukan sapu di perusahaan besar. Tak pernah terpikir baginya untuk bekerja sama orang lain. Tak pernah berpikir menjadi bawahan atau diperintah orang lain. Bill Gate pemilik perusahaan Microsoft memutuskan untuk keluar dan dropout dari kuliahnya untuk berwaraswasta. Setelah 6 tahun kemudian kawannya yang baru saja menyelesaikan kuliahnya datang melamar dan memberikan gaji yang besarnya tak lebih dari  satupersen dari pendapatannya.

Orang-orang yang tak memiliki jiwa kewiraswastaan berkata “Biarlah saya bekerja dengan gaji kecil asal bekerja diperusahaan besar atau menjadi pegawai negeri karena ada uang pensiunnya”. Ia merasa terhormat bekerja disana dalam gedung yang besar walaupun sekedar tukan ketik dengan gaji tanggung bulan. Ini adalah cara berpikir lama. Orang-orang wiraswastawan akan berkata terhadap orang seperti ini sebagai orang-orang bermental kurang sehat. Tidak punya keberanian hidup, tidak berani berbuat dan berdiri sendiri alias orang miskin akan ide-ide serta pengetahuan kurang. Bermental priyayi, mentalitas pegawai negeri, mentalitas ketergantungan kepada orang lain. Orang yang yang tidak memiliki jiwa kewiraswastaan tidak menilai tinggi motif berprestasi.

Seorang wiraswasta memiliki pandangan hidup yang sehat, terlebih terhadap pengalaman yang dialami.
Sikap berikut akan membantu membangun kondisi mental wiraswasta :

-          Mengetahui arti kepuasan dalam bekerja dan bangga atas prestasi yang diraih
-          Mendayagunakan fungsi  otak untuk memikirkan cara yang terbaik
-          Mampu mengontrol emosi
-          Menggunakan imajinasi secara baik, tidak tepaku pada kegiatan harian
-          Membangun rasa humor yang menyegarkan kehidupan
-          Mengorganisasikan pikiran secara baik, siap menghadapi masalah yang dtang berikutnya.

Wiraswastawan berusaha untuk mengendalikan keadaan bukan larut terbawa oleh perusahaan. Mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi.

Beberapa sikap mental positif yang dapat dikembangkan antara lain :

-          Jaukan diri dari pikiran atau ide negative
-          Berpikir positif
-          Jauhkan diri dari sikap prasangka buruk
-          Berteman dengan orang-orang wiraswastaan
-          Tetap awas dan tanggap terhadap perubahan
-          Cari dan ciptakan lingkungan yang baik
-          Berupaya meningkatkan percaya diri
-          Percaya atas kemampuan sendiri
-          Hilangkan beban mental, hilangkan konflik secepatnya.

Beberapa sikap kebiasaan dan kebiasaann yang perlu dilakukan yaitu :

-          Mulailah bekerja lebih pagi, bangunlah lebih awal dari orang lain. (Pepatah cina “ Bila mau berhasil dalam usaha janganlah  engkau kena sinar matahari”)
-          Rencanakan kegiatan besok sesaat menjelang tidur malam
-          Lakukan secara konsisten hal-hal yang baik. Mampu mengontrol emosi


D.  MENJADI WIRASWASTA YANG BERHASIL

Banyak keinginan mudah diraih, tapi keinginan untuk sukses atau berhasil tidak semua orang bisa. Kata berhasil identik dengan sukses. Kesuksesan  sesungguhnya adalah kata-kata yang berdimensi tergantung dari sisi mana kita memandangnya. Bagi masyarakat miskin, Robin Hood adalah pahlawan dan pemimpin yang sukses, tapi bagi penguasa mencapnya sebagai penjahat atau pencuri. Dipandang dari banyaknya mobil yang berderet, rumah mewah dan kekayaan materi yang dimiliki, maka kesuksesan tersebut semata dilihat dari dimensi materi. Kesuksesan juga bisa dipandang dari sisi gelar akademis, atau bahkan dipandang dari dimensi kekuasaan misalnya jadi gubernur, menteri dll.

Jarang ada orang yang berhasil dalam segala bidang. Ada orang berhasil dibidang perkebunan tapi tidak sedikit yang tumpur dibidang itu. Ada orang yang berhasil dibidang usaha rias pengantin tapi tidak sedikit yang gagal. Artinya bahwa semua bidang menghasilkan orang-orang sukses dan dalam waktu yang sama juga menghasilkan orang-orang gagal.  Pertanyaannya, mengapa ada orang berhasil sedangkan yang lainnya tidak berhasil?

Sebagaimana dalil Euclides yang terkenal itu menyisyaratkan, bahwa dua garis lurus tak akan dapat mengurung sesuatu ruang, maka keberhasilanpun mempunyai dalil-dalil juga. Keberhasilan juga mempunyai kebenaran-kebenaran yang nyata yaitu sesuatu yang harus dilakukan bilamana ingin berhasil. Berbagai cara dan usaha orang untuk bisa mencapai kesuksesan. Ada yang sukses kerena ketekunan, keuletan dan kerja keras, ada pula sukses karena keberuntungan. Konseptor berpikir lateral, Edward de Bono, memberikan dalil untuk mencapai  sukses yaitu  “bertekad melakukan sesuatu dan berhasil melakukannya”.

Sedangkan Syahrial Yusuf dalam bukunya “Kiat sukses Menjadi Pengusaha” merumuskan 5 kunci keberhasilan berusaha yaitu :

1.     Wirasawstawan harus memiliki VISI
Pengusaha yang sukses selalu memiliki visi atau gambaran kongrit tentang wujud masa depan dirinya dan perusahaannya. Apakah itu gambaran 5 tahun atau 10 tahun kedepan.
Setelah menetapkan visi ia senantiasa melakukan aktivitas peribadi dan usaha berdasarkan visi dengan membuat rencana-rencana yang strategis masa depan secara hati-hati dan konsisten.

2.     Wiraswastawan harus BERPIKIR POSITIF
Pengusaha yang sukses akan selalu berpikir positif kepada semua orang, seperti kepada relasi, karyawan, keluarga, tetangga dan lingkungan dimana ia berusaha.



3.     Wiraswastawan memiliki KONSEP HIDUP
Kesuksesan seorang pengusaha sangat ditentukan sejauh mana ia mampu menterjemahkan konsep hidup dalam aktivitas sehari-hari, baik pada keluarga, lingkungan sosial, masyarakat. Konsep hidup merupakan gambaran yang integral dan komperehensif mengenai apa, siapa kapan, dan bagaimana seorang menjalani hidup.

4.     Wiraswastaan BERUSAHA MENGURANGI KELEMAHAN
Kunci sukses lain yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha  adalah menyadari kelemahan diri dan berusaha untuk terus-menerus memperbaikinya. Diantaranya dengan melakukan kegiatan belajar secara kontinyu baik secara formal maupun pada lembaga-lembaga pendidikan  atau tempat-tempat kursus ataupun secara otodidak melalui kegiatan membaca.
Bagi pengusaha sukses, proses belajar merupakan kebutuhan hidup yang tak pernah putus baik dalam pendidikan formal maupun melalui pengamatan dimasyarakat.



5.     Wiraswasta HARUS BEKERJA DI ATAS RATA-RATA

Yang membuat pengusaha sukses dan bisa menikmati fasilitas hidup lebih baik dari orang lain, karena ia menjalani hidup diatas rata-rata orang lain. Jika orang ingin menjadi pengusaha sukses, kuncinya ia harus menjalani hidup minimal 10 % diatas rata-rata orang lain. Orang yang menjalani hidup diatas rata-rata orang lain aktualisasi dirinya akan terus meningkat.

Untuk bisa menjalani hidup diatas orang lain, ia harus merasa tertekan dengan menciptakan tantangan baru, seperti tekanan untuk bersaing dengan pengusaha lain, tekanan untuk menghasilkan produk baru dan berkwalitas atau tekanan dari rasa takut bangkrut dan jatuh miskin.









DAFTAR PUSTAKA


-          Herbert N.Casson, Petunjuk Praktis Dalam Berusaha, Surabaya 1981
-          Drs. Salim Siagian,MBA, Kewirausahaan Indonesia, Puslatkop dan PK, Jakarta 1997
-          Arman Hakim Nst dkk, Membangun Spirit Entrepreneur Muda Indonesia, Surabaya 2001.
-          Syahrial Yusuf,MBA, Kiat Khusus Menjadi Pengusaha, Jakarta, 1998
-          Robert T.Kiyosaki, The CashFlow Quadran, Jakarta, 2003
-      Yose Rizal Sidi Marajo, Sikap Mental  Wiraswasta, Surabaya, 1991

0 komentar: