Friday, April 13, 2012

Analisis Inflasi dan Pengangguran




1.        Jelaskan jenis – jenis, penyebab, serta cara mengatasi, inflasi dan pengangguran !
2.        Analisis tentang inflasi dan pengangguran di indonesia !
Uraiannya :
1.        A. Inflasi
Inflasi didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga – harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Kenaikan harga – harga tersebut berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, biasanya dalam kurun waktu satu tahun. Jadi apabila ada kenaikan harga – harga dalam perekonomian yang terjadi hanya dengan kurun waktu tertentu saja, misalnya kenaikan ongkos bus mahasiswa unsri yang semulanya 5000 rupiah menjadi 7000 rupiah pada saat kehabisan bus di kampus, atau ada faktor lain, ini dianggap bukan inflasi melainkan sesuatu yang lumrah terjadi.
Inflasi pada dasarnya merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah karena inflasi dapat menimbulkan akibat yang buruk pada kondisi ekonomi maupun sosial. Pada kondisi sosial inflasi dapat menyebabkan kemakmuran sebagian golongan masyarakat menjadi menurun. Menurunnya kemakmuran ini karena harga yang meningkat lebih cepat dibandingkan upah atau income (pendapatan) yang diterima oleh masyarakat tersebut. Kemudian, kebutuhan yang biasanya dapat terpenuhi bisa menjadi harus dikurangi karena keterbatasan kemampuan untuk merealisasikannya. Sedangkan pada kondisi ekonomi, inflasi dapat menyebabkan prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Hal ini disebabkan karena inflasi yang tidak dapat dikendalikan cenderung menurunkan investasi yang produktif, mengurangi ekspor, dan meningkatkan impor. Sehingga kecenderungan ini dapat memperlambat prospek pembangunan ekonomi jangka panjang.
a.         Jenis – Jenis Inflasi
1)        Berdasarkan sumber atau penyebab kenaikan harga – harga yang berlaku, inflasi dibedakan menjadi tiga bentuk :
a)    Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi tarikan permintaan biasanya terjadi pada masa perekonomian yang berkembang dengan pesat. Pada masa perekonomian yang berkembang dengan pesat akan menimbulkan kebutuhan tenaga kerja yang tinggi. Kebutuhan tenaga kerja yang tinggi akan menciptakan pendapatan masyarakat menjadi meningkat. Pendapatan masyarakat yang meningkat menyebabkan pengeluaran agregat juga semakin meningkat. Meningkatnya pengeluaran agregat ini, tidak sebanding dengan keluaran output barang dan jasa sebagai alokasinya. Sehingga produsen menaikkan harga secara terus – menerus karena masyarakat cenderung berlomba untuk mendapatkan ouput tersebut akibat dari keluaran ouput yang tidak sebanding dengan uang yang akan dikonsumsikan.

Di samping terjadi pada masa perekonomian yang berkembang dengan pesat, Inflasi tarikan permintaan juga dapat berlaku pada masa perang atau ketidakstabilan politik secara terus – menerus. Dalam masa seperti ini pemerintah belanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk menutupi hal tersebut, pemerintah cenderung mencetak uang atau meminjam uang dari bank sentral. Pengeluaran pemerintah yang berlebihan tersebut menyebabkan pengeluaran agregat akan melebihi kemampuan ekonomi tersebut dalam menyediakan barang dan jasa. Maka keadaan ini akan menyebabkan inflasi.

b)   Inflasi Desakan Biaya
Inflasi desakan biaya ini juga disebabkan karena masa perekonomian yang meningkat dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan – perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah dalam perekonomian yang meningkat dengan pesat, mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gajih dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan tawaran yang lebih tinggi. Langkah ini menyebabkan biaya produksi meningkat yang akan menimbulkan kenaikan harga – harga berbagai barang.
c)    Inflasi Diimpor
Inflasi diimpor adalah inflasi yang akan wujud apabila barang – barang impor yang memiliki peranan penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan – perusahaan mengalami kenaikan harga. Apabila barang - barang yang menjadi hal yang vital dalam proses produksi naik harganya maka akan menimbulkan kenaikan akan biaya produksi. Berkenaan dengan itu perusahaan biasanya membuat keputusan untuk mempertahankan perolehan laba dengan cara menaikan harga – harga barang yang diproduksikannya.
2)      Berdasarkan kepada tingkat kelajuan kenaikan harga – harga yang berlaku, inflasi dapat dibedakan menjadi tiga golongan :

a)      Inflasi Merayap
Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga yang jalannya lambat. Yang digolongkan inflasi ini adalah kenaikan harga – harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen dalam setahun.
b)      Inflasi Sederhana (Moderat)
Inflasi sederhana adalah infalsi yang tingkat kenaikan harga – harganya antara 5 hingga 10 persen per tahun.
c)      Hiperinflasi
Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga – harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau tiga kali lipat dalam masa yang singkat.  Hiperinflasi sering berlaku dalam perekonomian yang sedang menghadapi perang atau kekacauan politik di dalam negeri. Dalam masa seperti ini pemerintah belanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk menutupi hal tersebut, pemerintah cenderung mencetak uang atau meminjam uang dari bank sentral. Pembelanjaan pemerintah yang berlebihan tersebut akan mempercepat pertambahan pengeluaran agregat. pada umumnya perusahaan tidak mampu menghadapi pertambahan pengeluaran yang berlebihan dan sebagai akibatnya harga menjadi meningkat dengan cepat.
b.      Penyebab Inflasi
Pada umumnya inflasi disebabkan oleh dua faktor berikut :

1)      Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan – perusahaan untuk memproduksikan barang dan jasa.
Pengeluaran agregat yang tinggi akibat dari meningkatnya pendapatan yang diterima oleh pelaku ekonomi akan menimbulkan kenaikan konsumsi barang dan jasa. Tetapi sebaliknya, perusahaan - perusahaan tidak dapat menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan permintaan konsumen, maka hasilnya akan timbul kelangkaan terhadap barang tersebut. Kelangkaan barang tersebut menjadikan perusahaan – perusahaan itu untuk menahan barang yang mereka pasarkan dan hanya menjual kepada para pembeli yang bersedia membayar pada harga yang lebih tinggi. Berdasarkan ilustrasi tersebut lah yang akan mengakibatkan kenaikan harga – harga yang disebut dengan inflasi.
2)      Pekerja – pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah
Apabila para pengusaha mengalami kesukaran dalam mencari tambahan pekerja untuk menambah produksinya, pekerja – pekerja yang ada akan mendorong untuk menuntut kenaikan upah. Apabila tuntutan kenaikan upah berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan biaya produksi dari berbagai barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Kenaikan biaya produksi tersebut akan mendorong perusahaan – perusahaan menaikan harga – harga barang mereka.
Tetapi kedua masalah tersebut hanya berlaku apabila perekonomian sudah mendekati tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Dengan kata lain bahwa perekonomian sudah sangat maju.
Disamping dari pada itu semua, sebenarnya ada penyebab lain dari timbulnya inflasi, yakni ; a) kenaikan harga – harga barang impor, b) Penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh penambahan produksi dan penawaran barang, dan c) kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggung jawab.
c.       Cara Mengatasi Inflasi

1)      Kebijakan Fiskal ; menambah pajak dan mengurangi pengluaran pemerintah.
Cara mengatasi inflasi dapat melalui kebijakan fiskal pemerintah. Kebijakan fiskal pemerintah itu adalah menambah pajak dan mengurangi pengluaran pemrintah. Menambah pajak dijadikan langkah awal dalam kebijakan fiskal dikarenakan untuk mengalokasikan pendapatan yang berlebih dari pelaku ekonomi sehingga dapat tersesuaikan dengan kondisi sebelum kenaikan pengeluaran agregat, karena pengeluaran agregat yang mengalami surplus adalah dampak utama dalam inflasi.
Langkah kedua adalah mengurangi pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah dikurangi supaya harga menjadi tidak naik. Hal ini dibuktikan dengan kurva permintaan agregat dan supply agregat. permintaan atau pengeluaran apabila terus ditambah maka kurvanya akan bergeser ke kanan yang menyebabkan kenaikan pada harga. Maka dari itu pengeluaran pemerintah harus dikurangi.
2)      Kebijakan Moneter ; mengurangi penawaran uang, menaikan suku bunga, dan membatasi penawaran kredit.
Kemudian kebijakan pemerintah lainnya untuk mengatasi masalah inflasi adalah dengan cara, pertama mengurangi penawaran uang, dengan mengurangi penawaran uang pemerintah dapat membatasi pengeluaran agregat pelaku ekonomi, sehingga tidak terjadi inflasi. Selanjutnya dengan cara kedua adalah melalui menaikan suku bunga. Dengan menaikan suku bunga pelaku ekonomi yang memiliki kelebihan pengeluaran agregat akan lebih mengalokasikan pengeluarannya ke tabungan sehingga barang dan jasa yang kenaikannya tidak sebanding dengan kenaikan pengeluaran agregat dapat tertutupi. Artinya tidak banyak pengeluaran dilakukan untuk mengkonsumsi barang dan jasa. Lalu para pengusaha sedikit terhambat untuk menaikan harga – harga barang.
Kemudian ada cara ketiga dalam kebijakan moneter pemerintah, yakni membatasi penawaran kredit. Pembatasan penawaran kredit akan mengurangi pengeluaran agregat pelaku ekonomi sehingga kenaikan harga – harga barang menjadi terhalangi.
3)      Dasar Segi Penawaran
Melakukan langkah – langkah yang dapat mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi pajak impor dan pajak atas bahan mentah, melakukan penetapan harga, menggalakkan pertambahan produksi, dan menggalakkan perkembangan teknologi.
B.     Pengangguran
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja, lalu ingin mendapatkannya tetapi belum memperolehnya. Kemudian apabila seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan, tidak tergolong sebagai pengangguran. Yang tergolong pengangguran adalah hanya bagi mereka yang mencari pekerjaan secara aktif tetapi sukar memperolehnya, sehingga tidak bekerja. Mereka yang tidak bekerja karena tidak secara aktif mencari pekerjaan disebut sebagai pengangguran sukarela. Ibu rumah tangga dan anak orang kaya yang tidak mau bekerja karena harta orangtuanya tidak habis tujuh keturunan, sebagai contoh pengangguran sukarela.
a.       Jenis – Jenis Pengangguran
1)      Berdasarkan sebabnya :
a)      Pengangguran Normal atau Friksional
Pengangguran normal atau Friksional pengangguran sebanya dua atau tiga persen dari tenaga kerja. Para penganggur ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak dapat memperoleh pekerjaan, tetapi karena sedang mencari pekerjaan lain yang lebih baik.
b)      Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran adalah pengangguran yang disebabkan yang tidak selalu berkembang dengan teguh dimana ada kalanya pengeluaran agregat tinggi yang menyebabkan inflasi dan ada kalanya pengeluaran agregat rendah yang menyebabkan perusahaan – perusahaan menderita kerugian akibat barang dan jasa yang mereka hasilkan lebih banyak dibandingkan permintaan. Kemudian biasanya untuk menutupi kemunduran ini, perusahaan mengurangi tenaga kerja.
c)      Pengangguran Struktural
Pengangguran adalah pengangguran yang disebabkan karena perubahan struktur kegiatan ekonomi. Hal ini disebabkan karena tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan terus berkembang maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran. Kemunduran ini disebabkan karena banyak faktor, salah satunya akibat biaya pengeluaran yang sangat tinggi dan tidak mampu bersaing. Maka dari itu untuk menghadapi itu semua, dilakukan perubahan struktur dimana ada sebagian tenaga kerja yang tidak dibutuhkan akibat perubahan ini.
d)     Pengangguran Teknologi
Pengangguran dapat pula ditimbulkan akibat penggantian tenaga manusia oleh mesin – mesin dan bahan kimia, alias adanya perpindahan pengalihan menggunakan teknologi dari biasanya menggunakan tenaga manusia. Hal ini disebabkan karena penggunaan tekonolgi dapat menguntungkan perusahaan karena terkesan lebih produktif dan biaya yang dikeluarkannya hanya satu kali untuk jangka waktu yang panjang. Lalu pengangguran seperti disebut sebagai pengangguran akibat teknologi.
2)      Berdasarkan ciri pengangguran yang berlaku :
a)      Pengangguran Terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka  tidak melakukan suatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu dan oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka dapat terwujud sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran perkembangan sesuatu industri.
b)      Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran tersembunyi wujud di sektor pertanian atau jasa.  Yang dikatakan pengangguran tersembunyi adalah kelebihan tenaga kerja yang tersedia dibandingkan dengan permintaan akan tenaga kerja tersebut. Contohnya ialah pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar dan mengerjakan luas tanah yang kecil.
c)      Pengangguran Bermusim
Pengangguran ini biasanya terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Pada umumnya musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Sebaliknya pada musim kemarau, petani tidak dapat mengerjakan tanahnya. Disamping itu umumnya para petani tidak begitu aktif diantara waktu sesudah menanam dan menuai. Pengangguran seperti ini yang disebut dengan pengangguran bermusim.
d)     Setengah Menganggur
Yang dikatakan setengah menganggur adalah apabila pelaku ekonomi bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja yang mempunyai masa kerja seperti ini digolongkan sebagai setengah menganggur karena ada kalanya mereka bekerja dan ada kalanya mereka menganggur.
b.      Penyebab – Penyebab Pengangguran
Faktor utama yang menimbulkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran agregat.  Para pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan maksud untuk mencari keuntungan. Keuntungan tersebut hanya akan dapat diperoleh apabila para pengusaha dapat menjual barang dan jasa yang mereka produksikan. Semakin besar permintaan, maka akan semakin banyak barang dan jasa yang akan mereka produksikan. Kenaikan produksi yang mereka lakukan akan menambah kenaikan tanaga kerja. Dengan demikian terdapat hubungan yang erat antara pendapatan nasional dan tingkat penggunaan tenaga kerja ; semakin tinggi pendapatan nasional, maka akan semakin banyak tenaga kerja yang diperlukan dalam perekonomian.
Ini berarti apabila pendapatan nasional rendah, artinya pengeluaran agragat menjadi rendah, maka proses memproduksi barang akan menurun, dan hasilnya para pengusaha akan mengurangi tingkat penggunaan tenaga kerja. Dengan kata lain, terjadi pengangguran akibat pengurangan penggunaan tenaga kerja. Jadi kekurangan permintaan agregat ini atau kekurangan pengeluaran agregat, adalah faktor utama yang menimbulkan pengangguran. Disamping, ada faktor – faktor lain yang menimbulkan pengangguran, yakni ; 1) menganggur karena ingin mencari kerja lain yang lebih baik, 2) pengusaha menggunakan teknologi sehingga mengurangi penggunaan tenaga kerja, dan 3) ketidaksesuaian keterampilan pekerja yang sebenarnya dengan keterampilan yang diperlukan dalam industri – industri.
c.       Cara Mengatasi Pengangguran
Sama halnya dengan inflasi, penggunaan ketiga bentuk kebijakan pemerintah perlu dilakukan untuk meningkatkan keefektifannya. Bentuk masing – masing kebijakan tersebut untuk mengatasi inflasi dan pengangguran. Berikut kebijakan  pemerintah untuk mengatasi masalah  pengangguran :
1)      Kebijakan Fiskal ; mengurangi pajak dan menambah pengeluaran pemerintah
Sesuai dengan konsepnya, pengangguran disebabkan karena kekurangan pengeluaran agregat. kekurangan pengeluaran agregat ini terjadi akibat pendapatan pelaku ekonomi menjadi menurun. Penurunan  pendapatan ini membuat pelaku ekonomi menjadi mengurangi konsumsi akan barang dan jasa. Kurangnya konsumsi akan barang dan jasa ini yang disebut dengan kurangnya pengeluaran agregat. Maka dari itu, pemerintah membuat suatu kebijakan fiskal untuk mengurangi pajak. Dengan cara mengurangi pajak ini berarti mengurangi beban tetap setiap pelaku ekonomi. Kemudian, dengan berkurangnya beban ini, hasilnya pelaku ekonomi masih memiliki anggaran untuk mengkonsumsi barang dan jasa atau bisa dikatakan bahwa pengeluaran agregat akan stabil sperti sedia kala.
Selanjutnya kebijakan fiskal pemerintah yang kedua yakni menambah pengeluaran pemerintah. Dengan ditambahnya pengeluaran pemerintah ini dapat melancarkan distribusi uang dan hasilnya akan meningkatkan pendapatan pelaku ekonomi. Bertambahnya pendapatan, maka akan bertambahnya pengeluaran agregat.
2)      Kebijakan Moneter ; menambah penawaran uang, mengurangi/ menurunkan suku bunga, dan menyediakan kredit khusus untuk disetor atau kegitan tertentu.
Kemudian langkah pemerintah selanjutnya yaitu dengan melakukan kebijakan moneter. Kebijakan moneter pemerintah yang pertama adalah menambah penawaran uang. Penambahan penawaran uang ini akan menstimulus kenaikan pendapatan masyarakat karena jumlah uang yang beredar semakin banyak. Setelah itu, kebijakan moneter pemerintah yang kedua berupa mengurangi/ menurunkan suku bunga. Mengurangi/ menurunkan suku bunga dijadikan langkah pemerintah dikarenakan dengan penurunan suku bunga pelaku ekonomi cenderung tidak ingin menabungkan atau menyimpan uang yang mereka miliki. Sehingga dengan kecenderungan ini, pelaku ekonomi lebih memilih untuk mendistribusikan uangnya yang akan melancarkan kegiatan perekonomian, sehingga pengangguran akan teratasi.
Selanjutnya langkah ketiga dalam kebijakan moneter pemerintah, yakni menyediakan kredit khusus untuk disetor atau kegitan tertentu. Dengan menyediakan kredit khusus untuk disetor atau kegitan tertentu, pelaku ekonomi yang sebelumnya memiliki penurunan pendapatan akan lebih menghemat uang yang mereka miliki dalam kegiatan ekonomi, akibat diadakannya pemberian kredit.
3)      Kebijakan Segi Penawaran
Kebijakan pemerintah segi penawaran akan mendorong lebih banyak investasi, mengembangkan infrastruktur, meningkatkan efisiensi adminitrasi pemerintahan, memberi subsidi, dan mengurangkan pajak perusahaan dan individu.
2.      Analisis tentang inflasi dan pengangguran di indonesia
a.       Analisis Inflasi di Indonesia
Inflasi di indonesia dapat dilihat persentasenya berikut ini :
Inflasi Indonesia Menurut Kelompok Komoditi,
April – Desember 2011 (2002=100), Januari – Maret 2012 (2007=100)









Tahun/Bulan
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Indeks Umum
2012

0.77
1.46
1.02
1.29
0.81
0.30
0.40
0.88

Maret
-0.33
0.46
0.20
0.15
0.16
0.07
0.10
0.07

Februari
-0.73
0.34
0.27
1.22
0.15
0.08
0.06
0.05

Januari
1.85
0.65
0.54
-0.08
0.51
0.15
0.23
0.76
2011

3.64
4.51
3.47
7.57
4.26
5.16
1.92
3.79

Desember
1.62
0.50
0.28
0.20
0.17
0.07
0.14
0.57

November
0.59
0.20
0.22
1.36
0.17
0.04
0.13
0.34

Oktober
-0,35
0,26
0,20
-1,26
0,26
0,30
-0,41
-0,12

September
-0.09
0.48
0.26
0.97
0.22
0.54
0.18
0.27

Agustus
1.07
0.46
0.33
3.07
0.26
2.14
0.80
0.93

Juli
1.84
0.42
0.19
0.62
0.27
0.97
0.17
0.67

Juni
1.27
0.41
0.30
0.57
0.41
0.18
0.15
0.55

Mei
-0.28
0.22
0.25
0.64
0.50
0.03
0.14
0.12

April
-1.90
0.20
0.21
0.75
0.38
0.08
0.07
-0.31
 Sumber : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan dari data tersebut dapat dilihat bahwa, pada tahun 2011, inflasi di indonesia berkisar antara 1 – 7 persen. Pada bahan makanan terjadi inflasi sebesar 3,64 %, pada makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, terjadi inflasi sebesar 4,51 % dan lebih besar dari pada inflasi pada bahan makanan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pembelian makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau lebih besar dibandingkan dengan pembelian bahan makanan. Karena konsepnya semakin besar tingkat inflasinya, ini berarti semakin besar pula pembelian ke atas barang tersebut.  Konsep seperti ini bisa dikatakan hal yang lumrah, karena sesuai dengan dasarnya bahwa semakin banyak tingkat permintaan, maka akan semakin menarik para pengusaha untuk menaikan harga.
Kemudian kelompok komoditi perumahan, air, gas, dan bahan bakar, mengalami inflasi sebesar 3,47% per tahunnya. Jumlah yang sedikit lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi komoditi bahan makanan. Berdasarkan data tersebut dapat dianalisis bahwa pembelian atas rumah, pembayaran air, listrik, dan pembelian bahan bakar, cenderung lebih sedikit dibandingkan pembelian ke atas bahan makanan. Hal ini juga dapat disimpulkan bahwa, jenis barang (primer, sekunder, dan tersier) juga mempengaruhi tingkat inflasi. Ini dibuktikan dengan tingkat inflasi komoditi rumah yang merupakan barang sekunder,serta air, listrik, yang merupakan barang yang tidak setiap saat dibeli, lebih rendah tingkat inflasinya dibandingkan inflasi bahan makanan yang merupakan barang primer, dimana pembeliannya dilakukan setiap saat. Meski permintaan akan makanan jadi, rokok, dan tembakau, melebihi permintaan bahan makanan.
Selanjutnya, tingkat inflasi menurut komoditas ke empat adalah sandang. Sandang menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) sebesar 7,57 % dan merupakan persentasi terbesar dalam tingkat inflasi yang dilaporkan. Ini berarti jika dianalisis tahun untuk 2011 permintaan akan barang sandang adalah permintaan yang paling banyak. Inflasi yang tinggi tingkatnya, maka permintaan akan barang tersebut juga tinggi, karena inflasi erat kaitannya dengan permintaan dalam perekonomian.
Setelah itu, inflasi menurut komoditasnya adalah inflasi pada bidang kesehatan, dengan nilai persentasi sebesar 4,26%. Inflasi dibidang kesehatan ini posisinya setelah inflasi komoditi makanan jadi, rokok, dan temkabau. Ini sama halnya dengan inflasi lain, dapat kita analisis bahwa dalam bidang kesehatan juga terjadi inflasi. Bahkan inflasinya melebihi inflasi pada komoditi bahan makanan selaku kebutuhan pokok pelaku ekonomi. Ini berarti pemintaan akan bidang kesehatan berupa obat – obatan, pelayanan dokter, dan sebagainya, lebih diprioritaskan oleh pelaku ekonomi. Apabila ini dianalisis, dapat disimpulkan bahwa di Indonesia, tingkat kesehatan rakyatnya masih sangat minim. Hal ini ditunjukka dengan tingkat inflasinya. Padahal kesehatan atau lebih tepatnya, tingkat harapan hidup, adalah hal pengukur sebagaimana kesejahteraan atau kemajuan perekonomian di negara tersebut, secara konvensional.
Sandang merupakan komoditi yang memiliki tingkat inflasi tertinggi di indonesia pada tahun 2011, kemudian setelah itu adalah inflasi pada komoditi pendidikan, rekreasi, dan olahraga, sebesar 5,16%. Ini dapat kita analisis bahwa, pendidikan, rekreasi, dan olahraga, sekarang menjadi hal yang diperhatikan oleh rakyat Indonesia. Setidaknya, rakyat Indonesia berpikiran sedikit maju untuk memprioritaskan pendidikan, rekreasi, dan olahraga. Dikatakan pemikirannya maju dikarenakan pendidikan merupakan patokan kemajuan ekonomi secara konvensional. Sedangkan rekreasi, dengan permintaannya bertambah dapat disimpulkan bahwa pendapatan pelaku ekonomi di indonesia juga meningkat. Karena rekreasi adalah kebutuhan yang tersier. Logikanya, apabila kebutuhan tersier saja terpenuhi, berarti kebutuhan primernya itu sudah harus terpenuhi. Sedangkan olahraga, dengan permintaan olahraga yang meningkat, berarti rakyat Indonesia peduli akan kesehatan.
Selanjutnya tingkat inflasi pada tranfor komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi yang normal dikarenakan tingkat kenaikan harganya hanya 1,92% dalam setahun. Ini berarti tidak banyak permintaan ke atas komoditas tersebut. Dan hal ini juga dapat ditarik kesimpulan bahwa, pengaruh pemerintah juga berlaku, terutama dalam jasa keuangan, yakni kebijakan moneter.
Selanjunya untuk komoditi yang tidak tercantum dalam sebelumnya, BPS juga memberikan informasi bahwa barang dan jasa yang tidak tercantum tersebut, mengalami inflasi sebesar 3,79% yang disebut dengan inflasi pada indeks umum.
Berdasarkan dari data – data tersebut, apabila digabungkan menjadi satu – kesatuan, tingkat inflasi di indonesia hanya mencapai 4,29% secara rata – rata di tahun 2011. Dengan persentase tingkat inflasi yang demikian, dapat kita ketahui bahwa kenaikan harga di Indonesia pada tahun 2011, dikatakan masih stabil karena tingkat rata – rata inflasinya dibawah 5% per tahun. Kemudian dapat kita simpulkan lagi bahwa, kenaikan harga atau inflasi dipengaruhi oleh prioritas masyarakat untuk mengkonsumsi barang dan jasa tersebut. Artinya, inflasi juga dipengaruhi oleh besarnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang diproduksikan dalam suatu perekonomian.
Kemudian untuk tahun 2012, berdasarkan hasil data BPS (Badan Pusat Statistik – Indonesia), dari januari hingga maret terkesan masih sedikit jumlah barang yang naik. Tetapi sejauh ini, kebutuhan akan makanan jadi, rokok, dan tembakau, yang menempati posisi tingkat kenaikan harga yang tinggi, sebesar 1,46% selama 3 bulan terakhir. Kemudian, saya beranggapan bahwa kenaikan harga di tahun 2012 ini, saya analisis berdasarkan isu dan realita bru – bru ini, yakni tingkat inflasi Indonesia akan semakin meningkat karena baru – baru ini pemerintah mengabarkan untuk mengambil kebijakan mengurangi subsidi BBM, mesipun tidak jadi naik, harga – harga di pasar cenderung naik sebagian. Jadi dapat disimpulkan juga bahwa, ekspektasi masyarakat selaku pelaku ekonomi juga berperan dalam inflasi.
b.      Analisis Pengangguran di Indonesia
Berdasarkan hasil data BPS (Badan Pusat Statistik) yang terakhir pada bulan Agustus 2011, terdapat sebanyak 7.700.086 jiwa penduduk Indonesia yang menganggur dari jumlah angkatan kerja sebanyak 117.370.485 jiwa, dan persentase angka partisipasi kerja sebesar 68.34%, serta persentase pengangguran sebesar 6,56%. Sedangkan pada data sebelumnya, yakni pada Februari 2011, terdapat sebanyak 8.117.631 jiwa penduduk Indonesia yang menganggur, dari jumlah angkatan kerja sebanyak 119.399.375 jiwa, dan persentase pengangguran sebesar 6,8%, serta persentase partisipasi kerja sebesar 69,96%.
Artinya berkenaan masalah pengangguran, di Indonesia masalah pengangguran mengalami depresiasi. Meskipun jumlah angka partisipasi kerja menurun, dari semulanya 69,96% menurun menjadi 68,34% pada bulan Agustus. Tetapi angka persentasi pengangguran menurun, dari semulanya 6,8% menurun menjadi 6,56%. Apabila hal ini dianalisis, pengangguran dianggap membaik atau bisa dikatakan penganggur di Indonesia berkurang, meski angka partisipasi kerja menurun. Tetapi hal ini, tidak dijadikan patokan dalam menganalisis. Karena hal ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk.
Dengan penurunan jumlah penduduk yang menganggur, ini berarti pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kemajuan. Konsepnya kan pengangguran disebabkan karena kekurangan pengeluaran agregat. kekurangan pengeluaran agregat ini disebabkan karena kekurangan pendapatan atau  pendapatan pelaku ekonomi di Indonesia menurun. Tetapi nyatanya berbalik, pengangguran di Indonesia menurun, yang berarti bahwa pengeluaran agregat di Indonesia mengalami kenaikan, dan seiring dengan pendapatan rata – rata pelaku ekonomi Indonesia yang meningkat.
Kemudian, terakhir bagian dari analisis ini, apabila dikaitkan pengangguran dan inflasi di indonesia sama – sama mengalami perkembangan yang baik. Perkembangan dalam artian bahwa inflasi mengalami penurunan, dari tahun 2010 rata – rata inflasi di Indonesia sebesar 6,04% sedangkan inflasi di Indonesia pada tahun 2011 hanya sebesar 4,29%, dan ini adalah prestasi yang baik bagi Indonesia. selanjutnya sama halnya dengan pengangguran, pengangguran di Indonesia mengalami penurunan jumlah, yang sebelumnya pada Februari 2011 sebesar 6,8%, dan pada Agustus 2011 menjadi 6,56%. Kedua hal ini adalah hal yang baik bagi perekonomian Indonesia. Dengan kondisi yang demikian, dapat dilihat bahwa perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan, meskipun tidak pesat pertumbuhannya. Dan semoga perekonomian Indonesia menjadi lebih baik lagi kedepannya dengan mengembangkan terus potensi yang ada.

2 komentar:

penerjemah bahasa jerman said...

artikelnya sangat bagus & bermanfaat
salam kenal & sukses selalu

penerjemah bahasa jerman
penerjemah bahasa belanda

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA said...

This is good content it well be useful to the all the user i fully read all the information it well be helpful to me thanks to the author for the given the wonderful articles...