Saturday, November 3, 2012

Economics Development


Pilihan-Pilihan Kebijakan
Pemerintahan Negara berkembang mempunyai banyak pilihan kebijakan dan alternative kebijakan yang mungkin untuk mereka melaksanakan intervensi positif pada bidang intervensi, sejumlah kebijakan tersebut, yakni :
1.       Perbaikan distribusi pendapatan fungsional melalui serangkaian kebijakan yang khusus dirancang untuk mengubah harga-harga relative factor produksi.
Perbaikan distribusi pendapatan nasional adalah pendekatan khas yang sering dianjurkan oleh para tokoh ilmu ekonomi tradisional. Pendekatan ekonomi tradisional tersebut menyatakan bahwa sebagai akibat dari adanya kendala-kendala kelembagaan dan kekeliruan kebijakan pemerintah, harga relatif tenaga kerja (atau tingat upah) akan menjadi lebih tinggi daripada yang ditentukan oleh mekanisme pasar (kekuatan permintaan dan penawaran). Sebagai contoh, kekuatan serikat buruh untuk menaikkan upah (diatas tingkat keseimbangan yang dihasilkan dari kekuatan penawaran dan permintaan) yang bahkan bisa terjadi ditengah angka pengangguran yang tinggi, sering ditemukan sebagai contoh “distorsi” harga tenaga kerja. Para penganut ilmu ekonomi tradisional lebih lanjut menyatakan penurunan harga tenaga kerja relatif terhadap harga modal (misalnya, melalui penentuan upah sector public dengan mekanisme pasar atau pemberian subsidi mekanisme publik bagi para pengusaha) akan dapat mendorong para pengusaha supaya dapat lebih banyak dalam menggunakan tenaga kerja, termasuk memilih teknologi padat karya untuk menggantikan teknologi yang padat modal dalam aktifitas produksi mereka. Itu berarti kesempatan kerja akan meningkat secara keseluruhan dan sejalan dengan itu juga akan meningkatkan pendapatan orang miskin.
Intinya, dengan penghapusan distorsi dari harga factor produksi sangat bermanfaat dan bahwa penyesuaian harga yang memungkinkan suatu Negara meraih pemerataan pendapatan dan perbaikan taraf hidup penduduk miskin secara sekaligus. Besarnya dampak distorsi hanya akan muncul tergantung pada sejauh mana perusahaan-perusahaan dan para pelaku ekonomi di sector pertanian bersedia untuk mengalihkan metode produksinya dari yang padat modal ke padat karya seiring dengan turunnya harga tenaga kerja dan naiknya harga modal yang relatif.

2.       Perbaikan distribusi ukuran melalui redistribusi progresif kepemilikan asset-aset
Jika tingkat harga dan utilitas (pendayagunaan) atas setiap jenis factor produksi (tenaga kerja, tanah, serta modal) sudah optimal, maka kita dapat dengan mudah memperkitakan penerimaan total dari masing-masing asset tersebut. Namun, untuk mengubah pendapatan fungsional ini menjadi pendapatan personal atau per kapita, kita harus mengetahui distribusi dan pola kepemilikan asset (sumber daya atau factor produksi) diantara berbagai kelompok masyarakatatau negara. Penyebab utamanya adalah kepemilikan asset/kekayaan yang tidak merata.
Oleh karena itu, strategi kebijakan kedua yang mungkin lebih penting dalam rangka mengentaskan kemiskinan serta memperbaiki distribusi pendapatan adalah upaya pengurangan pemusatan penguasaan atau kepemilikan asset tersebut, distribusi ketimpangan, serta ketimpangan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan, dan lain-lain. Bentuk klasik kebijakan redistribusi semacam itu, khususnya yang menyangkut nasib golongan miskin di pedesaan yang merupakan 70-80 persen total penduduk miskin, adalah reformasi hak pertanahan (land reform). Tujuan utamanya adalah mengubah petani penggarap (buruh tani) atau penyewa tanah menjadi petani pemilik tanah.kepemilikan tanah diyakini mempunyain insentif yang besar untuk meningkatkan produksi dan pendapatan mereka.
Disamping itu, selain usaha redistribusi asset produktif, pemerintahan Negara-negara berkembang juga perlu menerapkan kebijakan redistribusi yang dinamis. Sebagai contoh, pemerinta Negara berkembang perlu mengalihkan sebagian dari investasi dan tabungan thunan lainnya kepada kelompok-kelompok berpenghasilan rendah untuk menciptakan pemerataan pendapatan, yang pemerintah kumpulkan sepanjang waktu, secara bertahap.
3.       Pengurangan distribusi ukuran golongan atas melalui pajak pendapatan dan kekayaan yang progresif.
Setiap kebijakan nasional yang mencoba memperbaiki standar hidup penduduknya yang paling miskin harus didukung oleh sumber-sumber finansial yang memadai agar setiap rencana pemerataan di atas kertas bias diwujudkanmenjadi program-program yang nyata. Sala satu sumber utama yang sangat potensial adalah pengenaan pajak. Pajak pendapatan yang progresif langsung ditujukan pada pendapatan perusahaan maupun individu, dimana yang kaya diminta membayar pajak yang semakin besar persentasenya dari penghasilan total mereka dibandingkan orang miskin.
4.       Pembayaran transfer secara langsung dan penyediaan berbagai barang dan jasa public
Penyediaan berbagai barang dan jasa konsumsi public (public consumption) yang dibiayai oleh pajak bagi kelompok penduduk paling miskin, merupakan instrument lain yang cukup berotensial untuk mengentaskan kemiskinan . contoh-contohnya antara lain adalah pengadaan proyek-proyek yang berkaitan fasilitas kesehatan public di daerah-daerah pedesaan serta pinggiran dan pusat pemukiman kumuh di kota-kota, penyediaan makan siang gratis bagpara siswa sekolah, program perbaikan gizi anak-anak prasekolah, pembangunan tangki-tangki air bersih, serta pengadaan listrik di daerah-daerah terpencil. Transfer uang secara lnagsung dan program subsidi pangan bagi orang-orang miskin di pedasaan maupun perkotaan, atau campur tangan langsung pemerintah yang mengupayakan agar harga bahan-bahan pangan pokok selalu murah, mencerminkan bentuk lain dari subsidi.
Disamping itu, ada lagi suatu program yang bias dikatakan baik yakni program bantuan ketenagakerjaan. Program ketenagakerjaan merupakan program yang memberdayakan tenaga kerja. Program ini lebih baik daripada program kesejahteraan atau bantuan langsung, jika syarat berikut terpenuhi :
a.       Program tersebut mengurangi atau menghalangi dorongan/kesempatan bagi penduduk miskin untuk mendapatkan pendidikan dan asset-aset lain.
b.      Terdapat manfaat neto yang besar atas output pekerjaan yang dihasilkan oleh program tersebut.
c.       Tanpa keharusan untuk bekerja, akan sulit untuk menyaring orang-orang yang benar-benar tidak mampu dengan orang-orang yang sebenarnya tidak membutuhkan bantuan.
d.      Terdapat biaya oportunitas waktu yang lebih rendah bagi orang-orang miskin (sehingga perekonomian tidak akan mengami kerugian output jika orang-orang tersebut bekerja di dalam program ini).
e.      Terdapat biaya oportunitas waktu yang lebih tinggi bagi orang-orang yang lebih mampu (sehingga mereka tidak ikut memanfaatkan program ini).
f.        Bagian penduduk yang hidup dalam kemiskinan relative lebih kecil daripada keseluruhan populasi (sehingga biaya ekstra untuk menyediakan skema kesejahteraan universal akan tinggi).
g.       Partisipasi dalam program bantuan tenaga kerja inti tidak menimbulkan konotasi yang jelek, sehingga kaum miskin tidak merasa terhina bahkan rendah diri dalam mendapatkan bantuan yangdibutuhkan keluarganya (jika tidak, subsidi kesejahteraan mungkin lebih disukai daripada skema bantuan kerja yang sebetulnya lebih bagus itu).


Rangkuman dan kesimpulan : perlunya suatu paket kebijakan.
Pendekatan kebijakan atas masalah kemiskinan serta ketimpangan distribusi pendaptan di Negara-negara berkembang, dapat ditegaskan bahwa yang kita perlukan bukan satu paket atau dua paket kebijakan yang saling terpisah atau berdri sendiri. Melainkan paket yang komponen-komponennya bersifat saling melengkapi dan saling menunjang, berikut unsurnya :
1.       Adanya satu atau serangkaian kebijakan yang dirancang guna mengoreksi berbagai distorsi harga-harga relative dari masing-masing factor produksi demi lebih terjaminnya pembentukan harga-harga yag selanjutnya akan mapu memberikan sinyal-sinyal dan insentif yang tepat. Harga pasar yang bebas distorsi tersebut harus dapat membatu terciptanya proses-proses produksi yang lebih efisien, penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak, dan pengntasan kemiskinan serta upaya penelitian dan pengembangan teknologi metode-metode produksi yang lebih padat karya serta lebih efisien.
2.       Adanya satu atau serangkaian kebijakan yang dirancang untuk meghasilkan berbagai perubahan structural dalam distribusi asset, kekuasaan, dan kesempatan memperoleh pendidikan serta penghasilan yang lebih merata.
3.       Adanya satu atau serangkaian kebijakan khusus dibuat untuk memodifikasikan ukuran distribusi pendaptan kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi melalui pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan mereka, dan pada kelompok masyarakat berpendaptan rendah melalui tunjangan maupun melalui upaya-upaya penyediaan berbagai macam barang konsumsi dan peningkatan jasa –jasa pelayanan yang dibiayai oleh pemerintah termasuk program ketenagakerjaan.
4.       Adanya seperangkat target kebijakan yang secara langsung memperbaiki kaum miskin dan komunitasnya melalui skema jaringan pegaman dengan menawarkan program pengembangan kapabilitas serta modal manusia dan social kaum miskin seperti keuangan mikro, keshatan, pendidikan, dan lain-lain dengan dukungan local dan internasional.

0 komentar: