Sunday, June 24, 2012

Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi di Indonesia



UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
MATA KULIAH : PENGANTAR EKONOMI MAKRO; PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
DOSEN : MARDALENA, S.E., M. Si.
NAMA : GUSTI PARES
NIM : 01111003037


Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi di Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa, dan pertambahan produksi barang modal. Tetapi dengan berbagai jenis data industri adalah sangat sukar untuk memberi gambaran tentang pertumbuha ekonomi yang dicapai. Oleh karena itu, untuk memberikan suatu gambaran kasar mengenai pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, ukuran yang digunakan dengan mengukur jumlah pertumbuhan pendapatan nasional rill yang dicapai[1].

Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi biasanya sering dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi, padahal secara mahrifatnya kedua hal ini berbeda pengertiannya. Pembangunan ekonomi adalah perubahan corak perekonomian yang biasanya terdapat dalam negara berkembang, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah bertambahnya secara kuantitas barang atau produk perekonomian yang ada dalam suatu negara dan biasanya diukur melalui bertambahnya pendapatan nasional rill[2]. Kemudian yang membedakan secara signifikan bahwa pembangunan ekonomi tidak selalu diikuti dengan pertambahan pendapatan nasional rill.

Pendapatan per Kapita sebagai Pengukur Kemakmuran
Banyak informasi yang digunakan secara lengkap untuk menunjukkan taraf kemakmuran dan taraf hidup yang dicapai oleh suatu masyarakat suatu negara. Persentasi penduduk yang meiliki kendaraan pribadi, tingkat pendapatan mereka, dan kepemilikan atas harta-harta lain yang menunjukkan taraf kemakmuran yang dicapai. Disamping itu kemakmuran juga ditentukan dengan fasilitas infrastruktur suatu negara tersebut, taraf kesehatan, dan keadaan perumahan miskin serta tersediannya lapangan pekerjaan juga merupakan faktor lainnya.
Namun, apabila semua faktor tersebut dianalisis, maka akan menimbulkan masalah dalam pengumpulan data. Maka dari pada itu, dalam menunjukkan dan membandingkan tingkat kemakmuran suatu masyarakat digunakan data pendapatan per kapita dalam mata uang domestik maupun mata uang dollar AS (apabila untuk perbandingan).
Pada umumnya pendapatan nasional dijadikan tolok ukur dalam menentukan tingkat kemakmuran suatu negara, tetapi dewasa ini dianalisis bahwa jumlah penduduk berperan dalam menentukan besar atau kecilnya pendapatan nasional. Semakin banyak jumlah penduduk maka akan semakin besar jumlah pendapatan nasional. Jadi secara logika apabila dibandingkan, pendapatan nasional negara India tentu lebih besar dibandingkan pendapatan nasional negara Singapura karena jumlah penduduk di negara tersebut lebih besar dibandingkan di Singapura. Namun, secara kualitas tentu berbeda karena meski kuantitas pendapatan Singapura lebih kecil dibandingkan pendapatan India, tetapi penduduk miskin di India lebih banyak dibandingkan di Singapura. Jadi pendapatan nasional belum bisa menjadi tolok ukur tingkat kemakmuran suatu negara.
Oleh sebab itu, untuk mengimbagi takaran dalam pengukuran kemakmuran digunakan takaran melalui perhitungan pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada waktu tertentu.

Cara Menghitung Pendapatan per Kapita
Pendapatan per kapita diperoleh dari jumlah pendapatan domestik bruto atau pendapatan nasional bruto dibagi jumlah penduduk.

Pendapatan Domestik Bruto
Pendapatan per Kapita =
Pendapatan Nasional Bruto

Jumlah Penduduk

Dalam perhitungan pendapatan per kapita ada dua macam cara perhitungan yakni berdasarkan harga yang berlaku dan berdasarkan harga tetap. Perhitungan pendapatan nasional menurut harga berlaku penting untuk memberi gambaran mengenai kemampuan rata-rata dari belanja penduduk dan membeli barang-barang dan jasa yang diperlukannya. Dan ini juga penting untuk menunjukkan perbandingan tingkat kemakmuran di suatu negara dengan negara-negara lain.
Sedangkan perhitungan pendapatan nasional dengan harga tetap, menunjukkan perkembangan ekonomi suatu negara melalui daya beli masyarakat. Melalui perhitungan dengan harga tetap menunjukkan perbandingan tingkat mampu beli masyarakat dari tahun ke tahun.



Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2004-2011.
Lapangan Usaha
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010*
2011**
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
329,124.6
364,169.3
433,223.4
541,931.5
716,656.2
857,196.8
985,448.8
1,093,466.0
a. Tanaman Bahan Makanan
165,558.2
181,331.6
214,346.3
265,090.9
349,795.0
419,194.8
482,377.1
530,603.7
b. Tanaman Perkebunan
49,630.9
56,433.7
63,401.4
81,664.0
105,960.5
111,378.5
136,026.8
153,884.7
c. Peternakan
40,634.7
44,202.9
51,074.7
61,325.2
83,276.1
104,883.9
119,371.7
129,578.3
d. Kehutanan
20,290.0
22,561.8
30,065.7
36,154.1
40,375.1
45,119.6
48,289.8
51,638.1
e. Perikanan
53,010.8
59,639.3
74,335.3
97,697.3
137,249.5
176,620.0
199,383.4
227,761.2









2. Pertambangan & Penggalian
205,252.0
309,014.1
366,520.8
440,609.6
541,334.3
592,060.9
718,136.8
886,243.3
a. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
118,484.9
177,605.9
200,081.6
234,162.4
283,283.3
254,947.9
288,894.0
383,275.3
b. Pertambangan Bukan Migas
65,122.4
104,599.1
130,716.0
160,267.1
195,286.3
254,242.7
332,970.0
393,758.0
c. Penggalian
21,644.7
26,809.1
35,723.2
46,180.1
62,764.7
82,870.3
96,272.8
109,210.0









3. Industri Pengolahan
644,342.6
760,361.3
919,539.3
1,068,653.9
1,376,441.7
1,477,541.5
1,595,779.4
1,803,486.3
a. Industri Migas
94,263.4
138,440.9
172,094.9
182,324.3
237,771.6
209,841.1
211,139.0
249,437.4
1). Pengilangan Miyak Bumi
59,062.0
89,629.6
117,952.2
122,118.3
145,942.6
129,455.7
122,403.0
129,934.3
2). Gas Alam Cair (LNG)
35,201.4
48,811.3
54,142.7
60,206.0
91,829.0
80,385.4
88,736.0
119,503.1
b. Industri Bukan Migas
550,079.2
621,920.4
747,444.4
886,329.6
1,138,670.1
1,267,700.4
1,384,640.4
1,554,048.9
1). Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
163,553.7
177,753.1
212,738.0
264,100.5
346,185.6
420,363.3
465,367.9
547,005.3
2). Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
71,474.1
77,087.2
90,116.5
93,598.4
104,829.7
116,547.0
124,204.2
143,385.2
3). Industri Kayu dan Produk Lainnya
31,225.9
35,247.5
44,602.6
54,880.9
73,196.2
80,197.9
80,541.6
84,481.4
4). Industri Produk Kertas dan Percetakan
31,036.3
33,898.8
39,637.0
45,403.1
51,912.3
61,154.6
65,822.2
69,407.6
5). Industri Produk Ppuk, Kimia dan Karet
64,012.6
76,213.6
94,078.8
110,769.6
154,117.2
162,879.2
176,212.4
189,700.0
6). Industri Produk Semen dan Penggalian Bukan Logam
21,588.3
24,589.1
29,013.3
32,814.3
40,178.7
43,530.7
45,514.5
50,790.5
7). Industri Logam Dasar Besi dan Baja
16,154.6
18,382.7
20,687.0
22,907.7
29,213.1
26,806.6
26,853.9
31,101.1
8). Industri Peralatan, Mesin dan PerlengkapanTransportasi
145,971.3
172,957.1
209,460.1
254,278.4
329,911.7
346,403.0
389,600.1
426,899.4
9). Produk Industri Pengolahan Lainnya
5,062.4
5,791.3
7,111.1
7,576.7
9,125.6
9,818.1
10,523.6
11,278.4









4. Listrik, Gas & Air Bersih
23,730.3
26,693.8
30,354.8
34,723.8
40,888.6
46,680.0
49,119.0
55,700.6
a. Listrik
17,503.2
19,175.1
21,203.5
23,051.5
25,858.6
28,416.7
30,450.3
35,397.7
b. Gas
3,092.3
3,897.7
5,036.1
6,912.0
9,817.0
13,027.5
13,353.7
14,650.3
c. Air Bersih
3,134.8
3,621.0
4,115.2
4,760.3
5,213.0
5,235.8
5,315.0
5,652.6









5. Konstruksi
151,247.6
195,110.6
251,132.3
304,996.8
419,711.9
555,192.5
660,890.5
756,537.3









6. Perdagangan, Hotel & Restoran
368,555.9
431,620.2
501,542.4
592,304.1
691,487.5
744,513.5
882,487.2
1,022,106.7
a. Perdagangan Besar dan Eceran
287,553.5
338,667.2
393,047.4
468,734.3
551,343.7
586,111.8
703,565.8
826,183.3
b. Hotel
12,685.4
14,146.9
16,074.2
17,320.4
18,900.3
20,781.5
23,876.6
26,302.0
c. Restoran
68,317.0
78,806.1
92,420.8
106,249.4
121,243.5
137,620.2
155,044.8
169,621.4









7. Pengangkutan dan Komunikasi
142,292.0
180,584.9
231,523.5
264,263.3
312,190.2
353,739.7
423,165.3
491,240.9
a. Pengangkutan
88,310.3
110,157.3
142,770.0
149,973.5
171,246.8
182,908.2
217,311.2
254,427.0
1). Angkutan Rel
1,218.8
1,238.3
1,355.4
1,397.5
1,649.8
1,904.3
2,260.2
2,367.1
2). Angkutan Jalan Raya
43,161.9
58,133.0
81,270.6
85,183.4
100,500.4
103,527.9
121,863.0
140,603.6
3). Angkutan Laut
12,328.3
13,974.4
16,106.1
16,043.4
16,019.2
15,812.7
16,929.8
18,504.0
4). Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan
3,233.0
3,881.9
4,487.5
4,655.9
5,570.3
6,206.5
6,912.7
7,634.8
5). Angkutan Udara
9,728.0
11,979.2
14,669.3
16,547.2
19,665.9
24,248.8
34,781.0
46,711.0
6). Jasa Penunjang Angkutan
18,640.3
20,950.5
24,881.1
26,146.1
27,841.2
31,208.0
34,564.5
38,606.5
b. Komunikasi
53,981.7
70,427.6
88,753.5
114,289.8
140,943.4
170,831.5
205,854.1
236,813.9









8. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan
194,410.9
230,522.7
269,121.4
305,213.5
368,129.7
405,162.0
466,563.8
534,975.0
a. Bank
78,533.7
88,287.4
95,708.4
105,536.8
125,515.4
132,186.0
146,914.5
166,489.8
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank
16,647.1
20,808.7
26,778.9
32,581.5
41,753.2
49,220.3
59,201.4
70,550.7
c. Jasa Penunjang Keuangan
1,286.1
1,581.3
2,011.1
2,490.1
2,807.1
3,001.3
3,481.1
4,072.9
d. Real Estat
66,106.8
81,474.3
97,396.9
110,239.9
132,023.6
145,260.7
168,220.6
191,779.2
e. Jasa Perusahaan
31,837.2
38,371.0
47,226.1
54,365.2
66,030.4
75,493.7
88,746.2
102,082.4









9. Jasa-jasa
236,870.3
276,204.2
336,258.9
398,196.7
481,848.3
574,116.5
654,680.0
783,330.0
a. Pemerintahan Umum
121,129.4
135,132.8
167,799.7
205,343.9
257,547.7
318,580.8
354,155.4
432,144.9
1). Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan
75,271.7
83,795.6
103,508.8
124,760.3
157,726.9
195,129.7
216,989.4
266,164.1
2). Jasa Pemerintahan Lainnya
45,857.7
51,337.2
64,290.9
80,583.6
99,820.8
123,451.1
137,166.0
165,980.8
b. Swasta
115,740.9
141,071.4
168,459.2
192,852.8
224,300.6
255,535.7
300,524.6
351,185.1
1). Jasa Sosial Kemasyarakatan
38,852.4
48,678.5
58,182.9
69,968.5
83,834.5
97,489.3
114,237.6
134,726.8
2). Jasa Hiburan dan Rekreasi
7,605.2
8,739.4
10,172.3
11,293.2
13,027.7
14,806.6
17,345.0
20,455.7
3). Jasa Perorangan dan Rumah tangga
69,283.3
83,653.5
100,104.0
111,591.1
127,438.4
143,239.8
168,942.0
196,002.6









Produk Domestik Bruto
2,295,826.2
2,774,281.1
3,339,216.8
3,950,893.2
4,948,688.4
5,606,203.4
6,436,270.8
7,427,086.1
Produk Domestik Bruto Tanpa Migas
2,083,077.9
2,458,234.3
2,967,040.3
3,534,406.5
4,427,633.5
5,141,414.4
5,936,237.8
6,794,373.4





* Angka Sementara





** Angka Sangat Sementara





Sumber : Badan Pusat Statistik                       




Analisis Pendapatan per Kapita
Pendpatan per Kapita Tahun 2007
Pendapatan per Kapita = Produk Domestik Bruto/ Jumlah Penduduk[3]
Pendapatan per Kapita = Rp 390.893.200.000.000/ 237.641.326
Pendapatan per Kapita = Rp 16.625.447

Pendapatan per Kapita Tahun 2008
Pendapatan per Kapita = Produk Domestik Bruto/ Jumlah Penduduk[4]
Pendapatan per Kapita = Rp 4.948.688.400.000.000/ 237.641.326
Pendapatan per Kapita = Rp 20.824.191

Pendapatan per Kapita Tahun 2009
Pendapatan per Kapita = Produk Domestik Bruto/ Jumlah Penduduk[5]
Pendapatan per Kapita = Rp 5.606.203.400.000.000/ 237.641.326
Pendapatan per Kapita = Rp 23.591.029

Pendapatan per Kapita Tahun 2010
Pendapatan per Kapita = Produk Domestik Bruto/ Jumlah Penduduk[6]
Pendapatan per Kapita = Rp 6.436.270.800.000.000/ 237.641.326
Pendapatan per Kapita = Rp 27.083.971


Pendapatan per Kapita Tahun 2011
Pendapatan per Kapita = Produk Domestik Bruto/ Jumlah Penduduk[7]
Pendapatan per Kapita = Rp 7.427.086.100.000.000/ 237.641.326
Pendapatan per Kapita = Rp 31.253.344

Berdasarkan perhitungan pendapatan per kapita lima tahun terakhir dapat kita lihat bahwa terjadi increase (kenaikan) dalam penerimaan pendapatan per kapita di Indonesia, hal ini diikuti dengan kenaikan penerimaan pendapatan domestik bruto Indonesia yang tiap tahun meningkat jumlahnya. Namun, dalam perhitungan ini, dihitung dengan menggunakan jumlah penduduk yang tetap yakni bersadarkan sensus penduduk tahun 2010.
Kenaikan pada penerimaan pendapatan domestik bruto atau produk domestik bruto (PDB) selama lima tahun terakhir, ini apabila kita lihat berdasarkan data BPS, sumbangsi terbesar dalam PDB diperoleh dari industri pengolahan migas. Apabila kita kaitkan juga dengan materi sebelumnya, neraca pembayaran,  ekspor terhadap migas memiliki jumlah yang besar. Otomatis lah bahwa migas merupakan hal yang vital dan potensial serta perlu dipertimbangkan bagi Indonesia untuk memperoleh kenaikan terhadap pendapatan domsetik bruto.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
PEI = Pendapatan per Kapita Tahun 2011 – Pendapatan per Kapita Tahun 2010/ Pendapatan per Kapita Tahun 2010
PEI = Rp 31.253.344 - Rp 27.083.971/ Rp 27.083.971
PEI[8] = 15,39 %
Berdasarkan perhitungan diatas, pertumbuhan ekonomi yang dialami Indonesia pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 15,39 % dari tahun sebelumnya, 2010.

Perbandingan dengan Negara lain
Amerika Serikat mengalami pertumbuhan sebesar 1,7 % dari tahun sebelumnya, sedangkan jepang mengalami penurunan sebesar 0,9 % di tahun 2011. Kemudian cina mengalami peningkatan yang cukup tajam juga, dengan kenaikan sebesar 9,2% yang membuat pertumbuhan ekonominya semakin teguh, disusul dengan negara Singapura 4,9% dan Uni Eropa sebesar 1,5 %[9].
Dilihat dari penjabaran diatas, dapat dibandingkan bahwa Indonesia lebih memiliki pertumbuhan ekonomi yang besar dibandingkan negara-negara diatas. Berdasarkan data bank dunia juga, menyebutkan Indonesia memasuki 20 besar dan peringkat ke 18 negara dengan pendapatan domestik bruto terbesar di dunia.
Namun sayangnya, apabila di pisahkan menjadi pendapatan Nasional Bruto, Indonesia tidak terlalu banyak, hal ini dikarenakan jumlah produksi barang dari faktor produksi milik warga negara asing, lebih besar dibandingkan warga negara Indonesia. Hal ini juga lah yang membuat peredaran uang lebih mengarah ke luar negeri bukan ke dalam negeri, dan akibat daripada itu semua, menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi tidak terlalu dirasakan di dalam negeri dan masih banyak terjadinya kesenjangan sosial.

Faktor-faktor yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi
1.   Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya
Kekayaan alam suatu negara yang meliputi luas dan kesuburan wilayah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan serta hassil laut yang diperoleh, dan jumlah serta jenis tambang-tambang yang terdapat.
Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk dapat mengembangkan perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi.  Di setiap negara dimana pertumbuhan ekonomi baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi dalam sektor utama – pertanian dan pertambangan, yakni sektor kekayaan alam terdapat. Tetapi kekurangan modal, tenga ahli, pengetahuan, dan pengusaha, membuta kekayaan ini tidak dapat dioptimalkan sebagaimana mestinya dan membatasi berbagai kemungkinan berbagai jenis perbuatan ekonomi.
2.   Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat
Sistem sosial dan sikap masyarakat penting peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam menganalisis maslah-maslah pembangunan di negara-negara berkembang para ahli ekonomi telah menunjukkan bahwa sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius dalam pembangunan. Adat istiadat yang tradisional menghambat masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi modern dan produktivitas yang tinggi. Olehkarenanya pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipercepat. Juga di dalam sistem sosial dimana sebagian besar tanah dimiliki oleh tuan-tuan tanah, atau dimana luas tanah yang dimiliki sangat kecil dan tidak ekonomis, maka pertumbuhan ekonomi tidak mencapai apa yang diharapkan.
Sikap masyarakat juga mempengaruhi sampai dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Disebagian besar ada yang dapat mendorong kegiatan ekonomi. Sikap yang demikian antara lain adalah sikap berhemat yang mengumpulkan banyak uang untuk investasi, sikap menghargai kerja keras, dan sikap yang selalu berusaha untuk mendapatkan keuntungan.
Apabial di dalam masyarakat terdapat sikap yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, pemerintah harus lah berusaha untuk mengapuskannya seperti mengadakan perombakan sosial, seperti menghapuskan kekuasaan tanah, menggalakkan sikap hemat, dan membuat penataran untuk membentuk sikap yang selalu ingin mendapat penghasilan dan keuntungan.

3.   Jumlah Mutu Penduduk dan Tenaga Kerja
Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun penghambat kepada pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan tersebut akan menambah produksi. Disamping itu, pendidikan, keterampilan, dan pengalaman, dapat mewujudkan produksifitas semakin tinggi lebih cepat dibandingkan pertambahan tenaga kerja.
Kemudian, pertambahan terhadap jumlah penduduk juga dapat meningkatkan jumlah pasar dan konsumen. Semakin banyak konumen maka akan semakin banyak permintaan akan barnag yang dihasilkan dalam perekonomian. Otomatis akan menstimulus perkembangan atau akan membuat kenaikan produktifitas. Apabila produktifias naik maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat.
Selain itu, ada dampak buruknya dari pertambahan jumlah penduduk, yakni apabila pertambahan jumlah penduduk tidak sebanding dengan jumlah permintaan akan produk perekonomian, maka akan menyebabkan terjadinya pengangguran. Serta apabila pertambahan jumlah penduduk tidak diikuti dengan kualitasnnya maka akan menurunkan produktifitas barang yang dihasilkan.

4.   Barang-Barang Modal dan Teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi keefisienitas dalam pertumbuhan ekonomi. Di dalam masyarakat yang kurang maju sekalipun barnag modal akan besar peranannya dalam perekonomian. Tanpa adanya barang modal seperti jaring untuk menangkap ikan, alat untuk bercocok tanam, ini tidak dapat menunjang perekonomian.
Namun, apabila barang modal tidak diiringi dengan teknologi yang memadai, maka efektifitas dan produktifitas bahkan efisienitas dalam menciptakan suatu barang tidak dapat terpenuhi jua. Tanpa adanya teknologi bisa dikatakan bahwa produktifitas barang-barang modal tidak akanmengalami perubahan dan tetap pada tingkat yang rendah. Oleh karena ini pendapatan per kapita menjadi semakin kecil. Logikanya, apabila ada tangan teknologi, otomatis produktifitas semakin cepat dan murah, hal ini akan mengakibatkan kenaikan hasil proses produksi.








[1] Cara perhitungan pendapatan nasional melalui tiga cara; 1. Menghitung pendapatan, 2. Produk neto, dan 3. Pengeluaran.
[2] Pembangunan ekonomi terkadang tidak diikuti dengan pertambahan pendapatan nasional rill.
[3] Jumlah penduduk Indonesia tetap, berdasarkan sensus tahun 2010, sebanyak 237.641.326 Jiwa (Data Kependudukan BPS)
[4] Jumlah penduduk Indonesia tetap, berdasarkan sensus tahun 2010, sebanyak 237.641.326 Jiwa (Data Kependudukan BPS)
[5] Jumlah penduduk Indonesia tetap, berdasarkan sensus tahun 2010, sebanyak 237.641.326 Jiwa (Data Kependudukan BPS)
[6] Jumlah penduduk Indonesia tetap, berdasarkan sensus tahun 2010, sebanyak 237.641.326 Jiwa (Data Kependudukan BPS)
[7] Jumlah penduduk Indonesia tetap, berdasarkan sensus tahun 2010, sebanyak 237.641.326 Jiwa (Data Kependudukan BPS)
[8] Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2011
[9] Menurut data bank Indonesia – Neraca Pembayaran.

0 komentar: