Sunday, June 24, 2012

Syarat Diterima Syahadat




                             Oleh : Gusti Pares
                                                  Fakultas Ekonomi dan Bisnis
                                                         Departemen Akuntansi
                          Universitas Sriwijaya
           Pembimbing : Rizarullah Santoso


Syahadat merupakan unsur pertama dalam rukun islam, mengucap dua kalimat syahadat; “Ashaduallah illaha illaullah wa ashaduanna muhammada rasulullah”, yang artinya; “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”. Dengan syahadat seseorang baru dikatakan islam, disamping harus memenuhi rukun-rukun yang lain seperti; sholat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, berzakat, dan naik haji bila mampu (mampu dalam artian siap materi, jasmani, dan batinniah). Namun, tidak semua syahadat itu diterima oleh Zat Maha Esa, Allah SWT. Lantas, bagaimana syahadat seorang muslim dapat diterima.
Adapun unsur-unsur syarat diterimanya syahadat adalah sebagai berikut:

1.   Ilmu/Pengetahuan
2.   Keyakinan
3.   Penerimaan
4.   Ketundukan
5.   Kejujuran
6.   Ikhlas
7.   Cinta (Mahabbah)


1.    Ilmu/Pengetahuan
Ilmu atau pengetahuan merupakan unsur yang paling utama dalam diterimanya syahadat seorang muslim. Ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian baik yang termasuk jenis kebatinan maupun yang berkenaan dengan keadaan alam dan sebagainya. Ilmu dikatakan unsur yang paling utama dalam diterimanya syahadat karena dengan berilmu, berpengetahuan, maka seorang muslim dapat mengetahui bahwa islam itu benar dan dengan pengetahuan tersebut maka akan menjadikan syahadat, sebagai dasar pengakuan terhadap benarnya islam, akan menjadi tangguh. Tangguh yakni sukar dikalahkan dari hal-hal yang dapat membuat kepercayaan terhadap islam menjadi melemah.
Secara singkat dapat disimpulkan, dengan ilmu/pengetahuan menjadikan seorang muslim mengetahui kebenaran islam dan memperkuat kepercayaannya serta menjadikan syahadatnya dapat diterima oleh Allah SWT, Aamiin ya Robbal al-amin.

2.    Keyakinan
Keyakinan adalah suatu kepercayaan yang sungguh-sungguh. Sungguh-sungguh dalam artian percaya dengan jelas akan Allah SWT dan islam sebagai agama yang paling benar. Sesuai dengan firman Allah yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS Al-Hujurat 49:15)
Berdasarkan firman Allah diatas, telah disebutkan bahwa orang yang benar-benar mukmin adalah mereka yang tidak ragu-ragu, dalam artian berkeyakinan kuat akan Islam. Lantas, jelas sekali bila keyakinan dalam syahadat dapat menjadikan syahadat kita sebagai seorang muslim dapat diterima Allah SWT. Aamiin Allahuma Amin.
3.    Penerimaan (Qobul)
Penerimaan, berasal dari kata terima yang artinya menyambut, menyambut dengan ikhlas apa saja yang diperintahkan dan menjauhi larangan-Nya.
Allah juga pernah berfirman; “Sungguh, dahulu apabila dikatakan ‘la ilaha illallah’ (tiada Tuhan selain Allah), mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata, ‘Apakah kami harus meninggalkan sesembahan kami karena seorang penyair gila?’” (QS Ash-Shaffat 37:35-36)
Dalam firman Allah tersebut menggambarkan bahwa Allah memerintahkan kepada kita selaku muslim yang beriman, apabila telah mengucapkan kata “la ilaha illallah” (tiada Tuhan selain Allah), syahadat, maka kita harus menerima untuk taat menjalankan syariat-Nya dan menjauhi larangannya untuk mencapat syahadat yang diterima oleh Allah SWT.

4.    Ketundukan
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus ? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya).” (QS An-Nisa 4:125)
Berdasarkan firman Allah diatas, disebutkan bahwa Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan, Allah memilih Ibrahim dikarenakan Nabi Ibrahim a.s memiliki ketundukan yang sangat luar biasa terhadap Allah SWT. Sebagaimana telah dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim a.s bersedia untuk menyembelih anaknya Nabi Islami a.s dikarenakan ketundukan yang luar biasa dengan Allah SWT.
Selain itu, Allah juga berfirman; “Maka demi Tuhan-mu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS An-Nisa 4:65)
Dalam firmannya Allah menjelaskan bahwa mereka tidak beriman apabila tidak menjadikan Muhammad SAW sebagai hakim dalam perkara .... yang dapat disimpulkan bahwa dengan mereka dalam artian umat muslim, yang tidak menjadikan Muhammad sebagai hakim, ini maksudnya adalah mereka tidak tunduk dengan Allah SWT dan apabila mereka belum tinduk kepada Allah, kata Allah mereka belum bisa dikatakan beriman.

5.    Kejujuran
 “Dan di antara manusia ada yang berkata, ‘Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,’ padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang yang beriman” (QS Al-Baqarah 2:8)
Firman Allah tersebut menyebutkan bahwa yang pada dasarnya bahwa kejujuran atas kepercayaan terhadap Islam menjadikan syahadat seorang muslim dapat diterima oleh Allah SWT. Kemudian ditambah dengan firman Allah yang lain, yakni :
“Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari” (QS Al-Baqarah 2:9)
Dalam firman Allah tersebut, Allah menekankan kembali bahwa mereka, orang munafik, yang mengaku beriman padahal mereka tidak beriman, mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Menipu suatu kepercayaan yang hasilnya akan berujung kepada kesia-siaan.

6.    Ikhlas
Ikhlas diartikan sebagai suatu perbuatan yang terlepas daripada mengerjakan perintah bukan selain Allah, musyrik, dan mengerjakan perintah bukan karena Allah, Ria’. Ikhlas secara sederhana dapat dianggap sebagai rasa yang benar-benar dilakukan hanya untuk Allah tanpa ada embel-embel apapun yang mengiringi perbutan tersebut.
Ikhlas dijadikan unsur diterimanya suatu syahadat karena ikhlas akan menciptakan dan menjadikan seorang muslim mengerjakan perintah dan larangan-Nya sepenuh karena Allah, dan pada akhirnya buah daripada keikhlasan tersebut adalah suatu keridhoan.
7.    Cinta (Mahabbah)
Berdasarkan firman Allah SWT; “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbut zalim itu[1] melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari miamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal).”(QS Al-Baqarah 2:165)
Pada ayat tersebut Allah menyebutkan bahwa orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah beriman berarti mempercayai dengan hati, mengucapkan dengan lidah, bersyahadat, dan mengaktualisasikan dengan perbuatan.


[1] Orang zalim di sini ialah orang yang menyembah selain Allah. Maksudnya, ketika orang zalim tersebut melihat sesembahan mereka tidak memberikan manfaat sama sekali pada hari kiamat, mereka pasti meyakini bahwa seluruh kekuatan itu milik Allah.

2 komentar:

Riza_preneur said...

PAS...

nulis dewek yo?

Riza_preneur said...

ini buat dewek yo?

keren dek, Lanjutkan!